Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Epilog Sang Dedikator Sejati by Mansur Arsyad

    Epilog Sang Dedikator Sejati

    Perhelatan Apresiasi GTK Tahun 2025 mendekati babak akhir. Semua pihak, baik penyelengggara dan wab bil khusus para peserta sedang menanti momen yang cukup seru dan menegangkan yaitu pengumuman peserta terbaik tahun 2025. Seluruh rangkaian proses untuk menuju puncak perhelatan tersebut telah dilalui dengan sangat meriah, antusias, padu, dinamis, dan mendebarkan.
    Namun, acara bergengsi yang setiap tahun sudah menjadi ritual penting bagi Ditjen GTKPG, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, tahun ini menyisakan satu kisah haru. Di kategori Pengawas Dikdas Dedikatif, Bapak Abdul Hamid, pengawas senior dan peserta perwakilan dari Sulawesi Barat terhenti oleh Tadir Ilahi di tengah-tengah proses yang semarak itu. Beliau berpulang sesaat sebelum memaparkan praktif baik yang telah disiapkan untuk ajang tersebut.
    Sekitar pukul 15.14 tanggal 25 November, beliau memasuki ruang presentasi dengan semangat seorang dedikator dan siap memaparkan warisan praktik terbaiknya. Kehangatan terpancar dari wajahnya yang sedikit pucat saat beliau datang menyalami dewan juri, seolah menyalurkan energi pejuang dan cerita panjang yang belum tersampaikan selama pengabdian panjangnya.
    Setelah dipersilakan duduk di kursi peserta, momen kritis itu datang. Saat tubuhnya baru saja pas dalam posisi duduk, sebuah peristiwa terjadi dengan cepat dan mendadak. Secara refleksif, beliau menutupkan kedua tangannya menutupi wajah. Bersamaan dengan itu terucap olehnya dengan suara yang cukup kuat, sebuah ungkapan penyerahan diri yang jernih dan fasih: "Astaghfirullah..."

    Dan seketika, tubuh beliau terjatuh tertelungkup.

    Peristiwa itu terjadi begitu cepat dan tak terduga. Saya bersama dua orang juri lainnya dan seorang pendamping dari direktorat tidak sempat menjangkau tubuh beliau yang berbatasan dengan meja juri. Tubuh beliau sudah lebih dulu menyentuh lantai sebelum kami semua sempat meraihnya.
    Segala upaya tanggap darurat dewan juri dan pendamping, serta kesigapan petugas medis, tak mampu mengintervensi ketetapan yang telah digariskan. Sebuah ketetapan langit yang tersurat dengan tegas dalam firman-Nya: "Wa likulli ummatin ajalun fa idzā jā'a ajaluhum lā yasta’khirūna sā’ataw wa lā yastaqdimūn." (QS. Al-A'raf: 34)— Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Maka apabila telah datang ajal mereka, mereka tidak dapat menunda atau mempercepatnya sesaat pun.
    Bapak Abdul Hamid tidak berhasil menyelesaikan tahapan apresiasi yang mungkin ingin ditorehkan dalam catatan pengabdiannya. Namun, beliau telah menyelesaikan seluruh babak penghkhidmatan dengan cara yang paling mulia dan terbaik. Beliau diundang di majelis ilmu, di antara para pendidik dan tenaga kependidikan terbaik dari seluruh penjuru tanah air.
    Beliau berpulang tepat di Hari Guru, seakan meninggalkan pesan tersirat kepada semua pendidik dan tenaga kependidikan untuk tidak pernah lelah berjuang menyemai tunas-tunas bangsa melalui dedikasi terbaik. Dan, yang sangat mengharukan, kepergiannya diakhiri dengan istighfar, sebuah penutup yang Insya Allah menyiratkan tanda husnul khotimah. Semoga ini merupakan epilog yang mengantarkan almarhum ke dalam golongan para syuhada.
    Selamat jalan, saudara kami Abdul Hamid, seorang pendidik sejati, pejuang peradaban, dan teladan kemanusiaan. Kepergianmu yang mendadak adalah pengingat abadi bagi kita semua bahwa kita tidak pernah mampu mengubah ketetapan Tuhan, namun kita dapat berbuat yang terbaik semampu yang dapat kita lakukan untuk meraih RidhoNya sehingga kita dapat tiba di epilog kehidupan yang baik .
    Kami yang berduka cita mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya. Semoga Allah SWT menempatkan almarhum di tempat terbaik di sisi-Nya, mengampuni segala khilafnya, dan menjadikan ilmu serta dedikasinya sebagai amal jariyah yang tak terputus. Aamiin.


    Ba’da Subuh, Petamburan
    Jakarta Barat, 27 Nov 2025
    Mansur Arsyad

    Related Posts

    Post a Comment for "Epilog Sang Dedikator Sejati by Mansur Arsyad"