Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HISTORY TRADISI SAEYYANG PATTU'DU'

     

    Tidak jauh berbeda dengan suku Bugis, suku Mandar juga terkenal dan memiliki ciriciri sebagai suku yang tangguh di laut. Tak heran, mayoritas kepala keluarga di suku Mandar adalah nelayan. Seperti suku-suku lainnya di Indonesia, suku Mandar memiliki budaya yang tidak kalah menarik, mulai dari tata cara pemerintahan, makanan, pakaian, perayaan hari besar, upacara adat yang sakral, dan berbagai tradisi lainnya. Tradisi Suku Mandar yang sering dilakukan adalah tradisi yang berkaitan dengan agama Islam, tradisi yang dimaksud adalah Sayyang Pattuqdu (Kuda Menari), dimana tradisi tersebut dilaksanakan dalam rangkaian acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang di laksanakan berdasarkan kepercayaan masyarakat dan bersifat tradisional atau turun temurun. Tradisi itu sendiri adalah cara berpikir dan hidup berkelompok yang berfungsi untuk memperkuat tatanan yang ada saat ini atau dengan kata lain untuk memperkuat konsep, gagasan yang telah dianut oleh masyarakat tertentu. Tradisi Sayyang Pattuqdu saat ini digelar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang diikuti puluhan peserta lainnya di setiap desa di Sulawesi Barat atau masyarakat suku Mandar. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara masal di kampung suku Mandar, namun terkadang ada juga yang melakukannya di luar maulid Nabi sendiri, seperti pada pesta pernikahan dan penyambutan tamu besar.

    Sayyang Pattuqdu juga sebagai sarana sosialisasi karena melibatkan warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, juga dapat meningkatkan dan memperkokoh proses solidaritas. Tradisi ini mereka tetap lestarikan dengan baik dan tidak ada yang tahu pasti kapan tradisi ini diadakan pertama kali.

    Tradisi ini diperkirakan dimulai ketika Islam menjadi agama resmi beberapa kerajaan di Mandar, diperkirakan abad ke XVI pada masa pemerintahan Arajang Balanipa IV Daetta Tommuane Kakanna I Pattang (cucu dari I Manyambungi Raja I Kerajaan Balanipa) yang dibawa oleh para penyebar dan penganjur agama Islam seperti Raden Suryodilogo atau Guru Ga’de, Syaikh Abdul Mannan atau Tosalama’ di Salabose, Syaikh Abd. Rahim Kamaluddin atau Tosalama’ di Binuang, K.H.Muhammad Thahir Imam Lapeo, dan lain-lain

    (Suradi Yasil, 2004:88). Musim Sayyang Pattuqdu dimulai setelah 12 rabiul awal serta Sayyang Pattuqdu juga identik dengan penunggangnya, yaitu anak atau remaja yang baru khatam Al-Qur’an serta wanita dewasa yang duduk di bagian depan, mereka disebut Tomessawe.

    Pertemuan budaya Mandar dengan ajaran Islam melahirkan tradisi-tradisi yang selanjutnya berkembang menjadi tradisi Islam dalam masyarakat Mandar. Pada awal perkembangannya, tradisi messawe dilakukan oleh para turunan dan keluarga bangsawan di Pitu Ba’bana Binanga (Tujuh Kerajaan di Pantai) dan Pitu Ulunna Salu’ (Tujuh Kerajaan di Gunung) yang telah khatam Al-Qur’an. Perkembangan berikutnya, tradisi Messawe lebih populer dengan istilah Sayyang Pattuqdu (kuda menari) (Rahmat Suyanto, 2014:5).

    Ada beberapa pergeseran yang dialami oleh tradisi Sayyang Pattuqdu yang pada awalnya hanya dilakukan oleh para kalangan bangsawan, namun sekarang telah dilaksanaan oleh berbagai kalangan dan awalnya seragam wanita yang duduk di atas kuda sangat sederhana dan boleh dikata tembus pandang dan tidak menutup aurat, namun seiring berjalannya waktu pakaian yang dikenakan mulai berubah khususnya yang duduk di depan, adalah pasangang mamea (baju adat mandar yang berwarna merah), serta ada juga yang menggunakan baju pengantin (dalam adat mandar), baju pokko, dan pasangang warna lain. Hiasan yang dulu digunakan untuk tradisi ini sangat sederhana, namun seiring berjalannya waktu hiasan yang digunakan kini cukup berlebihan, adapun anak yang khatam Al- qur’an menggunakan padawara yaitu pakaian yang umumnya digunakan seseorang yang baru menunaikan ibadah haji (Suradi Yasil, 2013:52).

    http://eprints.unm.ac.id/21059/1/artikel%20skripsi%20Pengenalan%20tradisi%20sayyang%20pattuqdu.pdf












    Postingan oleh @milham_drb18
    Lihat di Threads

    Related Posts

    Post a Comment for "HISTORY TRADISI SAEYYANG PATTU'DU' "